Aspek Penting Orientasi Pasar
Orientasi pasar merupakan salah satu bagian dari pemasaran.
Pemasaran adalah kegiatan yang memberikan arah kepada seluruh aktivitas
bisnis/niaga yang meliputi bauran pemasaran di mana produk (barang, jasa, dan
ide) yang dipasarkan merupakan perwujudan dari konsep yang mengalami proses
pengembangan dan produksi yang ditujukan kepada pemakai akhir (Hibertus, 2007).
Sedangkan Menurut Kotler (1980) pemasaran adalah
sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan
pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Dalam orientasi
pasar perlu pengetahuan mengenai jenis pasar yang akan dimasuki, termasuk di
dalam karakteristiknya. Dengan demikian dapat diketahui arah yang jelas
mengenai orientasi pasar dari produk yang dihasilkan. Adapun orientasi pasar yang
dimaksud untuk produk industri kerajinan logam adalah pasar dalam
negeri/domestik dan pasar ekspor atau luar negeri.
Orientasi pasar merupakan sesuatu yang penting bagi kelangsungan perusahaan, sejalan dengan meningkatnya persaingan global dan perubahan dalam kebutuhan pelanggan dimana perusahaan menyadari bahwa mereka harus selalu dekat dengan pasarnya/konsumen (Swastha dan Handoko, 2000).
Orientasi pasar merupakan sesuatu yang penting bagi kelangsungan perusahaan, sejalan dengan meningkatnya persaingan global dan perubahan dalam kebutuhan pelanggan dimana perusahaan menyadari bahwa mereka harus selalu dekat dengan pasarnya/konsumen (Swastha dan Handoko, 2000).
Sedangkan Narver dan Slater (dikutip oleh Sensi, 2006)
menyatakan bahwa orientasi pasar merupakan Orientasi pasar merupakan budaya
bisnis dimana organisasi menciptakan perilaku untuk terus berkreasi dalam
menciptakan nilai unggul bagi pelanggan untuk memusatkan diri pada kepentingan
jangka panjang serta profitabilitas. Orientasi pasar terdiri dari tiga komponen
perilaku yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan koordinasi
interfungsional.
Oleh
karena itu, konsep utama dalam orientasi pasar adalah orientasi pelangan dan
orientasi pesaing. Orientasi pasar merupakan suatu filosofi dalam strategi
pemasaran yang menganggap bahwa penjualan produk tidak tergantung 10 pada
strategi penjualan tetapi lebih pada keputusan konsumen dalam membeli produk.
Oleh karena itu, membutuhkan perhatian secara tepat pada orientasi pelangggan
dan orientasi pesaing dalam rangka menyediakan kebutuhan dan keinginan konsumen
dengan memberi nilai terbaik (Lamb et al., 2001).
Studi Narver dan Slater (1990), menyatakan bahwa orientasi
pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi antarfungsi mempunyai tingkat
kepentingan (derajad urgensi) yang sama. Oleh karena itu, konsepsi orientasi
pasar dapat digambarkan dalam sebuah segitiga sama sisi (equilateral
triangle) sebagaimana yang disajikan pada Gambar 2.8 mengenai
orientasi pasar. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa kinerja perusahaan (profitability
and long-term focus) dapat dihasilkan melalui perumusan berikut:
1. Customer
orientation
Pemahaman yang cukup terhadap pembeli sasaran;
2. Competitor orientation
Seorang
penjual harus memahami kekuatan dan kelemahan saat ini maupun kapabilitas dan
srategi jangka panjang pesaing-pesaing yang ada serta
pesaing-pesaing potensial.
3. Inter-functional coordination
Utilisasi
sumber daya perusahaan yang terkoordinasi melalui semua bagian yang ada di
dalam organisasi untuk menciptakan “superior value”
bagi pelanggan sasaran.
Studi Pelham dan Wilson (1996) terkait dengan orientasi pasar pada
perusahaan-perusahaan kecil membuktikan adanya pengaruh yang kuat dan konsisten
dari orientasi pasar atas berbagai indikator kinerja perusahaan kecil. Mereka
mengemukakan argumentasi bahwa dalam lingkungan dengan tingkat kompetisi yang
tinggi, sebagian perusahaan kecil akan merespon persaingan dengan memberi
perhatian yang tinggi pada berbagai kegiatan dan perilaku yang market-oriented.
Sementara itu, di pihak lain perusahaan lain melakukan respon melalui
pengendalian biaya dan potongan harga. Hal yang menarik dalam studi ini bahwa
perusahaan-perusahaan yang merespon tekanan persaingan harga melalui strategi
biaya rendah, berhasil meningkatkan sharenya dalam jangka pendek,
tetapi tidak berpengaruh pada profitabilitas dan kinerja porsi pasar (market-share)
dalam jangka panjang.
Pengelolaan pemasaran perusahaan yang dikembangkan oleh para
manajer adalah asumsi sensitivitas terhadap pesaing, baik pesaing yang aktual
maupun pesaing potensialnya. Perusahaan akan bertindak secara rasional dengan
mengembangkan strategi kompetisi dalam menghadapi pesaingnya. Cara terbaik
untuk menghasilkan kinerja perusahaan dalam pasar yang kompetitif adalah dengan
memusatkan perhatian bukan pada pesaing tetapi pada pelanggannya. Rasionalitas
ekonomis akan memandu manajemen perusahaan untuk bersikap rasional, yakni
daripada meniru dan mengadaptasi strategi pesaing lebih baik memilih memusatkan
upaya guna mengikat pelanggan potensial dengan mengembangkan strategi yang
didasarkan pada customer-oriented.
Evolusi strategi pemasaran dapat dipandang sebagai filosofi
persaingan yang secara kuat memengaruhi suatu aktivitas pemasaran organisasi.
Menurut Lambet al. (2001) filosofi persaingan dapat dikembangkan melalui
empat tahap evolusi orientasi:
1. Orientasi produksi
Suatu
filosofi yang berfokus pada kemampuan internal perusahaan yang melebihi dari
keinginan dan kebutuhan pasar. Orientasi produksi menjadi keliru karena tidak
mempertimbangkan apakah produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan
merupakan produk yang paling efisien serta cocok dengan kebutuhan pasar,
sementara itu konsumen menjadi target pasar yang akan dilayaninya.
2. Orientasi penjualan
Didasarkan
pada suatu filosofi bahwa orang membeli barang atau jasa. Perusahaan
menggunakan teknik penjualan yang agresif dan penjualan yang tinggi akan
mendatangkan keuntungan yang tinggi pula. Orientasi penjualan menjadi tidak
tepat, karena tidak mempertimbangkan kualitas tenaga penjualnya, sangat sulit
meyakinkan orang untuk membeli produknya, seringkali produk yang mereka
tawarkan tidak sesuai dengan harapan dan keinginnan konsumennya.
3. Orientasi pasar
Didasarkan
pada suatu filosofi bahwa suatu penjualan tidak tergantung pada penjualan yang
agresif, tetapi lebih pada keputusan konsumen untuk membeli produk. Orientasi
pasar lebih diarahkan untuk memahami pesaing, fokus pada konsumen, koordinasi
antarfungsi dalam rangka memberikan nilai yang terbaik.
4. Orientasi sosial
Didasarkan
pada filosofi bahwa suatu organisasi itu ada, tidak hanya untuk memuaskan
kebutuhan yang diinginkan konsumen dan memenuhi tujuan organisasi, tetapi juga
untuk melindungi kepentingan yang terbaik atas indivindu dan masyarakat dalam
jangka panjang.
Lamb et al. (2001) juga mengemukakan bahwa
orientasi pasar sebagai suatu konsep pemasaran meliputi tiga hal:
§ Fokus pada kemauan dan
keinginan konsumen, sehingga organisasi dapat membedakan produknya dengan
produk yang ditawarkan oleh pesaing.
§ Mengintegrasikan seluruh
aktivitas organisasi termasuk di dalamnya produksi untuk memuaskan kebutuhan
konsumen.
§ Pencapaian tujuan jangka
panjang organisasi dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen secara
hukum, serta bertanggung jawab atas semua kebijakan tentang konsumennya.
§ Jaworski dan Kohli (1997) mengemukakan bahwa
konsep orientasi pasar pada dasarnya meliputi tiga elemen, yaitu intelejen
pasar untuk menghasilkan berbagai macam informasi pasar yang sesuai; diseminasi
informasi diarahkan kepada seluruh bagian dalam perusahaan untuk memperoleh
sinergi strategi; serta respon atas intelijen pasar yang datang dari semua
bagian dalam bentuk strategi pemasaran yang sesuai dengan lingkungan pasar yang
ada. Pemikiran ini tidak hanya untuk memahami secara mendalam mengenai
pelanggan, tetapi juga memahami secara mendalam mengenai pesaingnya.
Ditinjau dari strategi pemasaran, konsep orientasi pasar tersebut
meliputi: kebutuhan konsumen, informasi aktivitas pesaing, koordinasi
antarfungsi. Konsep tersebut mencerminkan aktivitas pemasaran untuk menciptakan
nilai pelanggan (customer value) dan kepuasan pelanggan (customer
satisfaction). Informasi mengenai pesaing menjadi bagian yang tidak dapat
diabaikan, mengingat munculnya alterantif-alternatif pilihan produk yang
tersedia di pasar merupakan hasil implementasi berbagai strategi yang dilakukan
oleh pesaing kita. Perusahaan harus meyakinkan bahwa strategi yang sedang
dikembangkan tidak boleh didahului oleh pesaing yang menghadirkan cara-cara
baru dan lebih baik dalam menyediakan kebutuhan dan keinginan para konsumennya
(Lukas dan Ferrel, 2000; McCarthty dan Parreault,1996; dan Zhou et
al, 2005).
Penyebab Kegagalan Dalam Memilih Peluang Bisnis Baru
Semua
bisnis baru dimulai dengan kondisi yang sangat tidak ideal. Mulai dari tim yang
belum solid, pengalaman yang belum ada, begitu juga dengan pelanggan. Semakin
lama pemasukan bisa dihasilkan oleh sebuah bisnis baru, maka semakin hebat dan
berkepanjangan frustasi yang akan dialami oleh pemiliknya. Kondisi inilah
yang akhirnya akan membuat mereka dengan segera menyerah untuk menghentikan semua
usaha mereka. Dan kembali lagi bekerja kepada orang lain. Anda akan lebih
berpeluang berhasil dalam memulai sebuah bisnis baru, jika Anda tahu hal-hal
apa saja yang bisa membuatnya gagal dan bagaimana cara untuk menghindarinya.
Sebab kalau tidak, maka bisnis Anda serasa kehilangan arah di tengah hutan
tanpa ada solusi sama sekali untuk bisa keluar dari gelapnya rimba belantara.
Ada
3 hal utama yang membuat sebuah bisnis baru bisa berhasil tumbuh atau tidak,
yaitu :
1. Minimnya angka
penjualan mereka
2. Beban pengeluaran yang
terlalu berat
3. dan mental yang kurang
kuat dari pemiliknya dalam menghadapi semua tekanan tersebut.
Kombinasi
dari ketiga hal inilah yang mengakibatkan frustasi berkepanjangan yang akhirnya
membuat seorang pebisnis memutuskan untuk menghentikan usahanya. Saya sendiri
membagi faktor-faktor penyebab kegagalan sebuah bisnis baru seperti di bawah
ini.
Faktor
1: Lemahnya Mental Skill
Frustasi adalah
penyumbang terbesar bagi kegagalan sebuah bisnis yang baru berdiri. Kerasnya
tekanan dan datangnya masalah yang bertubi-tubi, sering membuat pemilik usaha
kehilangan fokusnya. Ketidak-mampuan mereka dalam mengendalikan frustasi yang
mereka alami, pada akhirnya memaksa mereka untuk menyerah lebih cepat dari
perkiraan semua orang.
Dan
kemampuan untuk mengendalikan serta memotivasi diri mereka sendiri. Akan sangat
membantu mereka untuk menghadapi masalah terbesar dan paling bertanggung jawab
terhadap kegagalan sebuah bisnis baru ini.
Faktor
2: Lemahnya Marketing Skill
Hampir
semua orang sanggup untuk memulai dan membangun sebuah bisnis baru. Mulai dari
kelas pedagang keliling sampai pengusaha bangunan. Tetapi kenyataannya, tidak
semua orang ahli dalam menjual produk yang ditawarkan oleh usaha mereka.
Kurangnya
kemampuan sebuah bisnis baru dalam menjual, pasti akan mengakibatkan rendahnya
angka penjualan mereka. Dan hal tersebut pasti akan menjadi masalah serius,
jika akhirnya pengeluaran dari usaha mereka, ternyata selalu lebih besar
dibandingkan dengan angka pemasukan yang bisa mereka hasilkan.Artinya, dana
cadangan dari bisnis tersebut akan terus berkurang untuk menutupi kekurangan
overhead mereka, sampai akhirnya tidak ada lagi dana yang tersisa.
Dan
dalam kondisi seperti ini, sebuah bisnis biasanya akan mulai berhutang
kesana-kemari hanya untuk sekedar menutup pengeluaran rutin tersebut. Dan
kalau kondisi seperti ini berlangsung terus menerus. Maka bisnis tersebut bisa
dipastikan akan segera terjebak jatuh pailit dalam waktu yang tidak terlalu
lama.
Faktor
3: Lemahnya Business Skill
Bisnis baru yang
gagal juga disebabkan oleh pemiliknya yang tidak mempunyai keterampilan yang
memadai dalam menjalankan sebuah bisnis. Banyak pebisnis baru melakukan
kesalahan fatal pada awal mendirikan usaha hampir di semua aspek, mulai dari
pemilihan bidang bisnis yang tidak prospektif, strategi produk yang salah, pola
perekrutan karyawan yang tidak tepat, dan hal-hal lainnya.
Business
skill adalah kemampuan untuk melihat dan mengambil peluang bisnis yang ada di
depan mata, serta menjalankannya dengan cara yang optimal tanpa harus
mengorbankan biaya, tenaga dan waktu yang terlalu besar. Tanpa kemampuan ini,
Anda akan terjebak pada keputusan-keputusan yang salah dalam banyak hal. Dan
umumnya harga yang harus dibayar atas kesalahan-kesalahan tersebut biasanya
sangat mahal sekali.
Kebanyakan
orang memulai sebuah usaha dari business skill yang mereka miliki terlebih
dulu, yaitu keterampilan yang meliputi banyak bidang ilmu, mulai dari dasar
pengaturan keuangan, riset, membaca peluang, manajemen, keterampilan dalam
produksi, dan lain-lain. Walaupun banyak bidang ilmu yang terlibat di dalamnya,
tetapi saya meletakkan kemampuan ini pada urutan ketiga sebagai faktor penentu
kegagalan start-up business.
Karena
sejelek apa pun pengelolaan sebuah bisnis, tetapi kalau mental pebisnisnya
sudah terlatih dan mereka mampu mencetak angka penjualan dalam jumlah besar.
Maka bisnis tersebut pasti akan bisa bertahan.Tetapi, serapi apapun pengelolaan
sebuah bisnis. Tanpa kemampuan untuk mengendalikan mental dan memasarkan produk
mereka dengan baik. Maka bisnis tersebut juga pasti akan ambruk seiring dengan
rendahnya penjualan mereka dan frustasi yang mendera mereka melihat bisnis yang
mereka jalankan tidak kunjung mendekati sasaran yang mereka harapkan.
Dan
kombinasi dari ketiga keterampilan inilah yang harus dikuasai oleh pemilik
sebuah bisnis baru. Sehingga dia tidak saja hebat dalam menjalankan bisnisnya,
tetapi juga piawai dalam menjual, serta tahan banting setiap kali dia
menghadapi masalah dalam bisnisnya.
3 KUNCI
PENTING GAGAL & BERHASILNYA SEBUAH BISNIS
1. Mental
Skill 80%
Frustrasi adalah penyebab terbesar kegagalan sebuah bisnis baru. Sehebat apa pun kemampuan manajemen dan memasarkan sebuah usaha, kalau sang pemilik tidak tahan banting, pada akhirnya akan meyerah juga dan segera menutup bisnis baru-nya.
Frustrasi adalah penyebab terbesar kegagalan sebuah bisnis baru. Sehebat apa pun kemampuan manajemen dan memasarkan sebuah usaha, kalau sang pemilik tidak tahan banting, pada akhirnya akan meyerah juga dan segera menutup bisnis baru-nya.
2. Marketing
Skill 15%
Sehebat apa pun pengusaha dalam mengelola bisnis, jika dia tidak mempunyai kemampuan untuk memasarkan, Maka mereka akan berhadapan dengan rendahnya angka penjualan mereka, yang akan membuat bisnis baru tersebut terus merugi.
Sehebat apa pun pengusaha dalam mengelola bisnis, jika dia tidak mempunyai kemampuan untuk memasarkan, Maka mereka akan berhadapan dengan rendahnya angka penjualan mereka, yang akan membuat bisnis baru tersebut terus merugi.
3. Business
Skill 5%
Tanpa penguasaan keterampilan ini, Sebuah bisnis baru berpotensi terjebak untuk melakukan kesalahan dalam alokasi modal dan investasi, bidang garapan dan pasar yang tepat, yang bisa menggagalkan bisnis mereka.
Tanpa penguasaan keterampilan ini, Sebuah bisnis baru berpotensi terjebak untuk melakukan kesalahan dalam alokasi modal dan investasi, bidang garapan dan pasar yang tepat, yang bisa menggagalkan bisnis mereka.
Kombinasi
dari 3 hal inilah yang akan menjadi penentu berhasil tidaknya sebuah bisnis
bisa bertahan dan tumbuh secepatnya di tahun-tahun awal berdirinya usaha
tersebut
Terus,
bagaimana kalau sudah ada tanda-tanda bahwa sebuah bisnis sedang dalam ambang
kegagalan ? Apa yang harus dilakukan ?
5. Setelah itu
Anda bisa pelajari alat bantu apa yang bisa Anda gunakan untuk effective dalam
menjual,
6. dan yang terakhir
tentu saja bagaimana
Anda bisa menggunakan semua alat bantu disekitar Anda untuk mempercepat
terjadinya ledakan penjualan bagi bisnis Anda.
REFERENSI
http://e-journal.uajy.ac.id/6876/3/MM201939.pdf
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar