Tepat dinihari waktu WIB, transfer window musim panas sudah resmi ditutup. Hampir semua klub di belahan benua Eropa berlomba-lomba untuk mereparasi kekuatan mereka untuk mempersiapkan tim musim ini. Beberapa klub berhasil memuaskan hasrat mereka untuk memburu pemain yang sudah lama diincar, namun beberapa klub akhirnya akan meresapi kalimat "kenyataan tak melulu sesuai dengan ekspektasi" karena gagal mendapatkan pemain incaran mereka maupun yang datang kualitasnya tidak seberapa.
Sorotan paling tajam jelas mengarah kepada salah satu raksasa Inggris yang perlahan bergeser menjadi kekuatan medioker. Ya, klub tersebut adalah Manchester United FC. Sempat dikenal menjadi salah satu kekuatan menakutkan di Inggris, namun kenyataan finis di posisi 7 pada musim lalu seolah mengubah segalanya. Banyak yang berasumsi bahwa ketika itu MU sedang mengalami masa transisi tonggak kepelatihan dari Sir Alex Ferguson ke David Moyes.
Berbagai pendapat dikemukakan mengenai kemerosotan yang dialami MU, ada yang bilang bahwa David Moyes tidak pantas untuk memimpin sebuah tim dengan kelas seperti Manchester United, ada yang percaya pula bahwa United sebenarnya diwarisi skuat yang buruk ketika Fergie membawa United juara pada tahun terakhir masa baktinya.
Hal tersebut diakui oleh pelatih Red Devils saat ini, Louis van Gaal ketika dirinya pertama kali datang ke Teater Impian. Memang ada benarnya, semenjak hijrahnya para angkatan tua macam Rio Ferdinand, Nemanja Vidic, dan Patrice Evra, United dihadapi kenyataan bahwa mereka tak punya pelapis yang sepadan. Praktis mereka hanya menyisakan Phil Jones, Jonny Evans, dan Chris Smalling yang kualitasnya belum sepadan. Terlebih ketiga nama tadi punya rekor yang sangat buruk soal kebugaran alias sering mengalami cedera.
Kenyataan inilah yang membuat United harus cuci gudang demi mengembalikan eksistensi yang sudah lama mereka bangun. Belanja pemain menjadi opsi yang sangat vital, tidak ada yang salah dengal hal ini, semua klub melakukannya.
United pun akhirnya memulai langkah untuk belanja pemain dengan membeli Marouane Fellaini dari Everton tahun lalu. Kemudian berlanjut dengan membajak Juan Mata dari rival mereka, Chelsea, pada Januari lalu. Kehadiran keduanya tak serta merta mengangkat posisi United yang harus puas finis di posisi 7. Sebuah hasil akhir yang langsung memberi kenyataan pada David Moyes harus rela kehilangan pekerjaannya.
Beberapa bulan setelah pemecatan Moyes, United akhirnya menunjuj pelatih yang mampu membawa negara yang dilatihnya menempati peringkat 3 pada Piala Dunia di Brasil. Van Gaal disambut bak dewa yang diharapkan mampu mengembalikan kejayaan Setan Merah. Para fans United sempat mengalami euforia sesaat ketika secara luar biasa mampu mengalahkan AS Roma, Real Madrid dan Liverpool dengan eksperimennya dengan formasi 3-5-2 seperti yang dilakukannya pada timnas Belanda.
Namun semua euforia hilang dalam sekejap ketika kompetisi dimulai, diawali dengan kekalahan dari Swansea City dihadapan pendukung setianya. Berlanjut dengan kekalahan memalukan atas tim yang baru berusia 10 tahun, MK Dons dengan skor mencolok 0 - 4. Atas dasar hal tersebut akhirnya MU seolah-olah tersadar untuk mendatangkan pemain untuk memperbaiki performa mereka.
Selama musim panas ini, United telah mendaratkan 6 pemain (meskipun 1 pemain masih bermasalah dengan izin kerja) dengan total biaya lebih dari 150 juta poundsterling. Keenam pemain tersebut adalah Luke Shaw, Ander Herrera, Marcos Rojo, Angel Di Maria, Daley Blind serta yang paling fresh Radamel Falcao.
Banyak yang beranggapan bahwa United sangat boros, namun langkah ini bisa menjadi tepat jika rekrutan tadi berfungsi sebagaimana mestinya. Masih ada pertanyaan apakah dengan mendatangkan pemain sebanyak itu justru makin menyulitkan tim karena persoalan adaptasi?
Pertanyaan inilah yang harus dijawab Van Gaal dengan strateginya secepat mungkin, meningat mereka tidak membeli pemain sesuai dengan yang mereka butuhkan.